Apa yang Anda cari disini.?

Laman

Rabu, 16 Desember 2015

Bioenergi Lokal Indonesia

Kebutuhan akan bahan bakar energi sebagai penggerak kehidupan manusia tidak dapat dihindari. Setiap hari manusia melakukan aktivitas pasti menggunakan energi, baik dari kebutuhan rumah tangga sampai industri pasti melakukan suatu usaha atau kerja. Semua kegiatan ini membutuhkan suatu energi dasar agar pekerjaan terus berlangsung sampai selesai. Kebutuhan energi selama ini yang berasal dari energi fosil sudah dipastikan akan habis dalam beberapa tahun mendatang dan Indonesia saat ini sudah terbilang ketinggalan dalam pengalihan ke energi berbasis energi baru terbarukan.

Sumber energi alternatif khususnya di Indonesia sangat banyak bisa dikonversi menjadi energi, baik energi listrik maupun energi minyak (bioetanol, biodiesel) sampai biogas. Potensi lokal setiap daerah memiliki keunggulan tersendiri, misal energi dari mikrohidro di suatu daerah yang memiliki air bergerak setiap waktu seperti air terjun atau sungai beraliran deras dapat dikonversi menjadi energi listrik, daerah laut yang memanfaatkan ombak lautnya, daerah yang memiliki panas bumi (Geothermal) sebagai pembangkit listrik, dan berbagai sumber dari biomasa baik di laut dan di daratan (termasuk hutan) dapat dikonversi menjadi bahan bakar biofuel (biogas, bioetanol, biodiesel, gas hidrogen gasifikasi). Semua bahan baku ini sudah tersedia di bumi Indonesia sangat banyak dan akan menjadi suatu keunggulan jika hal ini dapat discale-up menjadi skala besar dan diproduksi massal, maka tak heran jika suatu saat Indonesia dapat menjadi Negara lumbung Energi Alternatif terbesar di dunia. Kalau Arab Saudi selama ini menjadi negara terkaya akan minyak (fosil), maka Indonesia sejatinya adalah negara terkaya akan sumber minyak energi alternatif di masa depan.
Berikut adalah abstrak penelitian saya terkait penyediaan sumber Energi Alternatif (bioetanol) dari potensi lokal Pohon Pisang Kepok. Proses Pembuatan Bioetanol khususnya dari Pohon Pisang ini melalui beberapa tahap proses mulai dari Pretreatment, Hidrolisis (Sakarifikasi), Fermentasi dan Pemurnian (Destilasi dan / atau Dehidrasi), namun ada Proses Hidrolisis (Sakarifikasi) dan Fermentasi menjadi satu tahapan yaitu SSF (Solid State Fermentation), SHF (Separated Hydrolysis Fermentation).


Telah dilakukan pretreatment pada pohon (gedebog) pisang kepok terhadap kandungan selulosa menggunakan bantuan gelombang mikro (microwave) dan pelarut NaOH 0,5 M. Selulosa ini sangat penting dalam proses hidrolisis dan fermentasi untuk biokonversi menjadi bioetanol sebagai sumber karbon (gula). Riset ini membahas potensi penggunaan gelombang microwave dalam proses pretreatment batang pisang yang didapat dari desa Sumberjo Jombang. Metode pretreatment menggunakan microwave-NaOH dinilai lebih baik, karena selain interaksi yang terjadi antara gelombang micro dengan bahan pada saat pretreatment akan menghasilkan efek panas (heating), penambahan NaOH juga membantu dalam reaksi pemecahan lignoselulosa bahan. Rancangan percobaan menggunakan Rangkaian Acak Kelompok (RAK) yang tersusun atas 2 faktor yaitu volume pelarut NaOH dan lama waktu pretreatment . Ukuran serbuk batang pisang yang digunakan yaitu 100 mesh bermassa 40 gram dan besar daya microwave yaitu 950 watt. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik didapatkan pada perlakuan 500 mL dan lama waktu 40 menit, yaitu menghasilkan selulosa sebesar 27,265%, hemiselulosa 17,86% dan lignin 3,26%. Uji SEM menunjukkan kenampakkan sel telah rusak setelah dikenai paparan gelombang mikro (microwave). 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah meninggalkan lapak Anda disini.