Apa yang Anda cari disini.?

Laman

Minggu, 02 Maret 2014

Singa Kecil : Dimana Keadilan Tuhan.?


Saat kau mencoba untuk menemukan sebuah kunci di bawah rong-rong kehidupan, di sela-sela kesibukan dan kebisingan dunia, mampukah semua asa yang kita pendam dapat terbuka dengan kunci yang telah lama kita cari. Langkah demi langkah yang kian menelusur hingga tak kenal lelah walau hati berbicara  “stop” dengan semua keadaan yang memikul dan memukul akan kerasnya hidup. Satu jalan menuju tujuan hidup yang kita damba, untuk satu tujuan “kebahagiaan” yang sejati dimana tak tahu apa yang harus dilakukan dan ditentukan. Kala sirine kehidupan telah berakhir, tak mampu lagi pemadam api yang bisa menjinakkan Raja dari Raja Si Jago Merah. Lantas apa yang harus kita perbuat agar tak menyesalinya di kemudian hari itu.?

Sajak dan bait yang terangkai tak sesuai kaidah-kaidah puisi kehidupan, membuat semua manusia lalai akan sejatinya berpuisi dalam hidup. Mungkin mudah merangkai kata menjadi kalimat seperti yang sering aku perbuat. Namun sejatinya tak semuanya itu sejalan dengan kehidupan yang sesungguhnya. Beribu lilin penerang datang dan memberi sapaan hangat, dengan terangnya mereka mengundang makhluk-makhluk kecil dan menari-nari di sekitarnya. Yah, sebuah motivasi yang dapat menghadirkan lilin-lilin kecil untuk meriangkan hati makhluk-makhluk kecil.

Dengan berjalan, singa kecil itu berfikir mengapa lilin-lilin kecil bisa mendatangkan makhluk-makhluk kecil, namun apa yang didapatnya itu dia rasa tak ada. Kala di sebuah sungai kecil mengalir dengan gemericik airnya yang jernih Singa Kecil itu meminum dengan di bawah teriknya matahari. Setelahnya, dia berteduh di bawah pohon kecil nan buahnya yang lebat dengan lamunan dia berfikir dan membandingkan dengan pohon beringin yang beberapa meter tak jauh berada di sebelahnya, mengapa pohon beringin yang besar itu tak mempunyai buah besar seperti pohon itu sendiri, beda dengan pohon kecil ini yang mempunyai buah besar yang didambakan oleh semua makhluk hidup di sekitarnya. Lantas dia tak kuat memutar otak kanan-kirinya memikirkan dimana letak keadilan Tuhan atas pohon-pohon itu dan tak lama tidurlah Singa Kecil nan polos tadi.

Dalam mimpinya, dia terbangun karena hari mulai terik lagi dan lagi. Dia berganti tempat di bawah pohon beringin nan lebat dan besar yang tak jauh dari tempatnya bersandar di bawah pohon kecil. Dengan nada yang tak terlalu geram dia berkta, “hai beringin, mengapa buahmu tak sebesar buah pohon sebelah.? Padahal kau pohon yang besar, punya akar yang kuat, umurmu puluhan bahkan bisa sampai ratusan tahun”. Sambil merebahkan tubuhnya di bawah akar-akar beringin dan angin sepoi-sepoi yang menyapa Beringin menyambutnya dan menjawab, “Hmm... . wahai Singa Kecil apa kau meragukan dengan semua pemberian Tuhan.?, ada saatnya kau akan berfikir nanti mengapa aku yang sebesar ini tak berbuah sebesar dan seenak buah dari pohon yang ada di sebelahku itu”. “Lantas apa kau juga tak kesalkah dengan semua kehidupan itu.?”, tanya Singa Kecil lagi. “Sudah, sekarang istirahatlah di pangkuan akar-akarku ini”, jawab Beringin.

Tak lama angin yang tadi mengalun lembut menyapa kulit bertambah dengan kencangnya dan menghempas pohon kecil dan menjatuhkan buah-buah yang besar itu nan manis. Buah-buah masak, manis nan merah yang mengkilap berjatuhan mengundang semut-semut kecil dari sarangnya yang berada di sela-sela akar beringin. Dengan wajah polos dan lucu Singa Kecil mengembuskan nafasnya sambil dia mengikuti dan mengamati gerak-gerik semut-semut yang menuju buah-buah tadi. Dia lihat semut-semut yang tampak kompak dalam bergotong-royong, makan bersama diantara mereka, bahu-membahu dengan kehidupan mereka yang terlihat semakin damai. Sahutan Beringin berjarak dua meter mengagetkan Singa Kecil, “Itulah keadilan Tuhan”. Dengan memutar kepala Singa Kecil itu belum mengerti akan kalimat Beringin dan dia kembali mencemati semut-semut. Tak lama Singa Kecil itu kaget lagi dengan jatuhnya buah yang lebih besar lagi dari pohon kecil yang tak jauh pula dari tepi sungai yang dia minum. Dengan tertawa puas, Beringin berucap kembali, “belum sadarkah juga kau Singa Kecil akan letak keadilan Tuhanmu.?”. Wajah polos nan lucu dan taring yang belum terlihat buas dari Singa Kecil itu dia mengaum dengan keras dan bicara, “aku sedikit mengerti Beringin, jika buah ini tak jatuh dan pecah maka semut-semut itu tak akan dengan mudah mencari makan, maka dari itu Tuhan menghempaskan pohon kecil ini dan menjatuhkan buahnya kan.? Yah itulah keadilan Tuhan”. Dengan senyum ringan Beringin menjawab, “Lantas Tuhan adil dimana terhadapmu Singa Kecil.?”. Berfikir keras Singa Kecil itu setelah mendengar kalimat terakhir dari Beringin.

Sontak Singa Kecil tersadar dari tidur lelapnya karena buah dari pohon kecil yang dia sandari jatuh ke kepalanya. Dengan kaget dan senang dia rasakan setelah itu dengan memadukan cerita dalam mimpinya tadi. Singa Kecil itu berangan, “andai buah yang jatuh ini sebesar mengikuti pohonnya, mungkin kepalaku akan pecah, beruntung buah yang jatuh ini kecil bukan yang besar seperti di mimpi tadi dan apabila aku tidur di bawah beringin yang besar itu dan jika buahnya juga lebih besar jatuh karena angin, entah apa jadinya kepalaku, yah inilah keadilan Tuhan yang tak pernah terbesit di kepalaku”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah meninggalkan lapak Anda disini.